Monday, January 18, 2010

Kekaisaran Seleukus

Top of Form

Kekaisaran Seleukus adalah negara Yunani Helenistik yang menggantikan pemerintahanAlexander Agung.

Ada lebih dari 30 raja dalam dinasti Seleukus yang berkuasa antara 323 hingga 60 SM.

Pembagian wilayah kekaisaran Alexander (323-281 SM)

Alexander Agung telah menaklukkan Kekaisaran Persia dalam waktu yang sangat singkat dan meninggal dalam usia muda. Ia meninggalkan sebuah kekaisaran yang sangat luas yang sebagian telah dipengaruhi oelh budaya Henelis, tanpa ahli waris yang dewasa. Karena itu, jenderal-jenderalnya (Diadochi) saling memperebutkan kekuasaan atas kekaisarannya.

Seleukus, salah seorang jenderalnya, mengangkat dirinya sendiri sebagai penguasa di Babilonpada 312 SM. Tanggal ini dijadikannya sebagai tanda pendirian Kekaisaran Seleukus. Ia memerintah bukan hanya atas Babilonia, tetapi juga atas keseluruhan wilayah timur yang luas dari Kekaisaran Alexander. Setelah kemenangannya dan juga kemenangan Lisimakhus atasAntigonus Monoftalmus dalam Pertempuran Ipsus pada 301 SM, Seleukus menguasai wilayah timur Anatolia dan bagian utara Suriah. Di Suriah ia mendirikan sebuah ibu kota yang baru diAntiokhia di Orontes, sebuah kota yang dinamainya sesuai dengan nama ayahnya. Sebuah ibu kota alternatif dibangun di Seleukia di Tigris, di utara Babilon. Kekaisaran Seleukus mencapai puncak keluasannya setelah ia mengalahkan orang yang pernah menjadi sekutunya Lisimakhus, pada Korupedion pada 281 SM. Seleukus memperluas kekuasaannya hingga mencakup bagian barat Anatolia. Ia berharap untuk menguasai pula tanah-tanah Lisimakhus di Eropa - terutama Thrasia dan bahkan Makedonia sendiri, namun ia dibunuh oleh Ptolemeus Keraunus ketika ia tiba di Eropa. Anaknya dan penggantinya, Antiokhus I Soter, terbukti tidak mampu meneruskan apa yang tidak bisa diselesaikan ooleh ayahnya dalam menaklukkan wilayah Eropa dari kekaisaran Alexander, namun demikian ia toh tetap mewarisi sebuah wilayah yang sangat luas terdiri atas hampir semua bagian Asia dari Kekaisaran itu. Para saingannya adalah Antigonus II Gonatas di Makedonia dan Ptolemeus II Filadelfus di Mesir.

Mata uang perak dari Seleukus I Nikator, pendiri dari Dinasti Seleukuspada 323 SM

Secara geografis Kekaisaran Seleukus merentang dariLaut Aegea hingga keAfghanistan, hingga mempersatukan berbagai ras dan bangsa: antara lain bangsa Yunani , Persia, Media, Yahudi, Indian, dll.. Para penguasanya berniat untuk menerapkan kebijakan kesatuan rasial yang dimulai oleh Alexander. Pada 313 SM, gagasan Helenis telah mulai ekspansinya yang berlangsung selama hampir 250 tahun di lingkungan budaya Timur Dekat, Timur Tengah, dan Asia Tengah.. Kekaisaran ini memerintah dengan membangun ratusan kota untuk maksud-maksud perdagangan dan hunian. Banyak di antara kota-kota itu mulai – atau dipaksa – mengadopsi pemikiran filsafat, rasa keagamaan, dan politik Helenis. Gagasan-gagasan budaya, keagamaan dan filsafat Helenis disintesiskan dengan apa yang ada di masyarakat setempat dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda – dengan hasil kadang-kadang kedamaian dan pemberontakan secara bersamaan di berbagai wilayah kekaisaran.

Wilayah yang terlalu luas

Kekaisaran Seleukus diperlihatkan dalam warna kuning

Namun demikian, bahkan sebelum kematian Seleukus, wilayah timur yang sangat luas dari Dinasti Seleukus terbukti sulit untuk dikuasai.. Seleukus menyerang India(Punjab Pakistan modern) pada 304 SM, namun dikalahkan oleh Chandragupta Maurya (Sandrokottos), pendiri Kekaisaran Maurya. Dikatakan bahwa Chandragupta menurunkan pasukan yang terdiri atas 100.000 orang dan 9.000 gajah perang, dan memaksa Seleukus untuk menyerahkan wilayah-wilayah di bagian timur dan selatan dari Afganistan sekarang. Perdamaian diperkuat oleh sebuah aliansi yang dijamin oleh pernikahan Chandragupta dengan anak perempuan Seleukus. Sebagai gantinya, Chandragupta memberikan kepadanya tidak kurang dari 500 ekor gajah, selain tentaranya sendiri yang kelak memainkan peranan penting dalam kemenangannya di Ipsus.

Seleukus mengutus seorang duta besar yang bernama Megasthenes ke istana Chandragupta, yang berulang kali mengunjungi Pataliputra (kiniPatna di negara bagian Bihar), ibu kota Chandragupta. Megasthenes menulis gambaran yang terinci tentang India dan pemerintahan Chandragupta, yang sebagian telah dilestarikan bagi kita melalui Diodorus Sikulus.

Wilayah-wilayah lain yang terlepas sebelum kematian Seleukus adalah Gedrosia di tenggara dataran tinggi Iran, dan, di sebelah utaranya,Arakosia di tepi barat Sungai Indus. Antiokhus I (memerintah 281-261 SM) dan anak serta penggantinya Antiokhus II Theos (memerintah261-246 SM) diperhadapkan dengan tantangan-tantangan di barat, termasuk perang berulang-ulang dengan Ptolemeus II dan serangan bangsa Kelt dari Asia Minor – yang mengalihkan perhatian dari upaya mempersatukan wilayah bagian timur Kekaisaran. Menjelang akhir masa pemerintahan Antiokhus II, provinsi-provinsi timur Baktria dan Parthia secara berbarengan menyatakan dirinya merdeka.

Yunani-Baktria memisahkan diri (250 SM)

Diodotus, gubernur untuk wilayah Baktria, menyatakan wilayahnya merdeka pada 250 SM untuk membentuk kerajaan Yunani-Baktria. Kerajaan ini dicirikan oleh budaya Helenistik yang kaya, dan melanjutkan dominasinya atas Baktria hingga sekitar 125 SM, ketika ia dikalahkan oleh penyerangan bangsa-bangsa nomaden utara. Salah seorang dari raja-raja Yunani-Baktria, Demetrius I dari Baktria, menyerang India sekitar 180 SM dan membentuk kerajaan Yunani-Indian, yang bertahan hingga 1 SM.

[sunting]Parthia memisahkan diri (250 SM)

Seorang ketua suku Parthia yang bernama Arsases merebut wilayah Parthia dari Kekaisaran Seleukus sekitar 250 SM untuk membentukDinasti Arsasid – yang merupakan titik awal Kekaisaran Parthia yang kuat.

Kekuasaan memudar dan kebangkitan kembali

Pada saat anak Antiokhus II, Seleukus II Kalinikus naik takhta sekitar 246 SM, kekuasaan Dinasti Seleukus tampak merosot. Selain dari pemisahan diri Parthia dan Baktria, Seleukus II secara dramatis dikalahkan dalam Perang Suriah Ketiga melawan Ptolemeus III dari Mesir, dan kemudian harus menghadapi perang saudara melawan saudaranya sendiri Antiokhus Hierax. Di Asia Kecil pula, Dinasti Seleukus tampaknya kehilangan kekuasaannya – bangsa Gaul telah sepenuhnya memantapkan kekuasaannya di Galatia, kerajaan-kerajaan yang semi-independen semi-Helenis bermunculan di Bitinia, Pontus, dan Kapadosia, dan kota Pergamum di sebelah barat menyatakan kemerdekaannya di bawahDinasti Attalid.

Tetapi Kekaisaran ini bangkit kembali ketika anak Seleukus II yang lebih muda, Antiokhus III Agung, naik takhta pada 223 SM. Meskipun mulanya gagal dalam Perang Suriah Keempat melawan Mesir, yang menyebabkan kekalahan yang memalukan pada Pertempuran Rafia (217 SM), Antiokhus belakangan membuktikan dirinya sebagai yang terbesar dari semua penguasa Seleukus setelah Seleukus I sendiri. Setelah kekalahannya di Rafia, ia menghabiskan 10 tahun berikutnya di Anabasisnya di seluruh bagian timur dari wilayah kekuasaannya. Ia memulihkan vasal-vasal yang memberontak seperti Parthia dan Baktria hingga sekurang-kurangnya secara nominal mereka menjadi taat, dan bahkan meniru Alexander dengan melakukan ekspedisi ke India.

Ketika ia kembali ke barat pada 205 SM, Antiokhus menemukan bahwa dengan kematian Ptolemeus IV, situasinya kini tampak menguntungkan untuk melakukan peperangan lagi ke sebelah barat.

Antiokhus dan Filipus V dari Makedonia kemudian membuat suatu kesepakatan untuk membagi-bagi wilayah kekuasaan Ptolemeus di luar Mesir, dan dalam Perang Suriah Kelima, Dinasti Seleukus menggulingkan Ptolemeus V dari kekuasaannya atas Koele-Suriah. Pertempuran Panium (198 SM) mengukuhkan peralihan kekuasaan dari tangan keluarga Ptolemeus kepada Dinasti Seleukus. Antiokhus tampaknya, sekurang-kurangnya, berhasil memulihkan keagungan Kerajaan Seleukus.

Kekuasaan Roma dan disintegrasi kembali

Namun keagungan Antiokhus tidak bertahan lama. Setelah kekalahan bekas sekutunya Filipus di tangan Roma pada 197 SM, Antiokhus kini melihat kesempatan untuk berekspansi ke Yunani. Didorong oleh jenderal Karthago, Hannibal, dan setelah membangun aliansi dengan Liga Aetolia yang merasa tidak puas, Antiokhus menyerang Yunani. Malangnya, keputusan ini menyebabkan kejatuhannya: ia dikalahkan oleh orang-orang Romawi di Thermopilae (191 SM) dan pada Magnesia (190 SM), dan dipaksa untuk mengadakan perdamaian dengan Roma melalui Perjanjian Apamia (188 SM) yang memalukan – yang memaksanya untuk melepaskan semua wilayahnya di Eropa, menyerahkan semua daerah sebelah utara Asia Kecil, Pegunungan Taurus, kepada Pergamum, dan menyetujui pembayaran ganti rugi yang sangat besar. Antiokhus meninggal pada 187 SM dalam sebuah ekspedisi lain ke timur; dengan ekspedisi ini ia berusaha mengumpulkan uang untuk membayar ganti rugi tersebut.

Pemerintahan oleh anak dan penggantinya, Seleukus IV Filopator (187-175 SM) pada umumnya dihabiskan dengan berbagai usaha untuk membayar ganti rugi yang besar itu, dan Seleukus pada akhirnya dibunuh oleh menterinya Heliodorus. Adik laki-laki Seleukus, Antiokhus IV Epifanes, kini merebut takhta. Ia berusaha memulihkan wibawa Seleukus dengan mengadakan perang yang sukses melawan Mesir; namun demikian, meskipun ia berhasil memukul tentara Mesir mundur hingga ke Alexandria, ia sendiri dipaksa menarik mundur oleh utusan RomawiPopilius Laena, yang terkenal karena membuat lingkaran di pasir di sekeliling raja itu dan menyuruhnya untuk mengambil keputusan apakah ia mau mundur atau tidak dari Mesir sebelum ia meninggalkan lingkaran tersebut. Antiokhus memilih untuk mundur.

Pada masa pemerintahannya di kemudian hari, ia menyaksikan disintegrasi lebih jauh Kekaisarannya. Wilayah timur kekaisarannya hampir tidak bisa dikendalikan, ketika orang-orang Parthia mulai mengambil alih tanah Persia; dan upaya helenisasi Antiokhus yang agresif (atau de-Yahudinisasi) menyebabkan bangkitnya pemberontakan bersenjata di Yudea – yaitu pemberontakan Makabe. Upaya-upaya untuk menangani bangsa Parthia dan orang-orang Yahudi terbukti sia-sia, dan Antiokhus sendiri mati dalam sebuah ekspedisi melawan bangsa Parthia pada 164 SM.

Perang saudara dan kehancuran lebih jauh

Setelah kematian Antiokhus IV Epifanes, Kekaisaran Seleukus menjadi semakin tidak stabil. Berbagai perang saudara yang kerap kali terjadi menggoyahkan kekuasaan sentral. Anak Epifanes yang masih muda, Antiokhus V Eupator, mula-mula digulingkan oleh anak Seleukus IV,Demetrius I Soter pada 161 SM. Demetrius I berusaha memulikan kekuasaan Seleukus di Yudea khususnya, namun ia digulingkan pada 150 SM oleh Alexander Balas – seorang penipu yang (dengan dukungan Mesir) mengaku-ngaku sebagai anak Epifanes. Alexander Balas memerintah hingga 145 SM, ketika ia digulingkan oleh anak Demetrius I, Demetrius II Nikator. Demetrius Namun demikian Demetrius II terbukti tidak mampu mengendalikan seluruh kerajaan. Sementara ia memerintah Babilonia dan Suriah bagian timur dari Damaskus, sisa-sisa pendukung Balas – mula-mula mendukung anak Balas Antiokhus VI, dan kemudian mendukung jenderal yang merebut kekuasaan Diodotus Tryfon – ditahan di Antiokhia.

Sementara itu, pembsuukan daerah kekuasaan Kekaisaran terus berlangsung. Pada 143 SM, orang-orang Yahudi telah sepenuhnya mengukuhkan kemerdekaan mereka. Ekspansi Parthia juga berlanjut terus. Pada 139 SM, Demetrius II dikalahkan dalam pertempuran oleh orang-orang Parthian dan ditangkap. Pada saat ini, keseluruhan Dataran Tinggi Iran telah jatuh ke tangan Parthia. Saudara laki-laki Demetrius Nikator, Antiokhus VII, akhirnya mampu memulihkan kesatuan dan kekuatan untuk sementara waktu ke wilayah kekuasaan Seleukus, namun ia terbukti tidak setara dengan ancaman Parthia. Ia terbunuh dalam pertempuran dengan orang-orang Parthia pada 129 SM, yang menyebabkan keruntuhan terakhir kekuasaan Seleukus atas Babilonia. Setelah kematian Antiokhus VII, seluruh kekuasaan Seleukus praktis hancur, karena berbagai pihak memperebutkan kekuasaan atas apa yang tersisa dari wilayah Seleukus dalam perang saudara yang tidak habis-habisnya.

Keruntuhan Kekaisaran Seleukus

Pada 100 SM, Kekaisaran Seleukus yang pernah begitu digjaya kini hanya mencakup wilayah yang sedikit lebih luas daripada Antiokhia dan beberapa kota Suriah. Meskipun kekuasaannya jelas sudah hancur dan kerajaan mereka runtuh di sekitarnya, kaum bangsawannya terus memainkan peranan sebagai tokoh-tokoh berpengaruh dalam peta kekuatan di daerah itu, dengan sekali-sekali campur tangan dari kerajaan Ptolemeus di Mesir dan kekuatan-kekuatan luar lainnya. Dinasti Seleukus ada semata-mata karena tidak ada bangsa lain yang ingin mencaplok mereka. Mereka dianggap sebagai peredam di antara tetangga-tetangga mereka. Dalam berbagai peperangan di Anatolia antaraMithridates VI dari Pontus dan Sulla dari Roma, Dinasti Seleukus umumnya dibiarkan oleh para petarung utamanya.

Namun demikian, menantu Mithridates yang ambisius, Tigranes Agung, raja dari Armenia, melihat kesempatan untuk melakukan perluasan dalam untuk memperluas wilayahnya di tengah-tengah perang saudara yang berkelanjutan di selatan. Pada 83 SM, atas undangan dari salah satu pihak yang terlibat dalam perang saudara yang berkelanjutan itu, ia menyerang Suriah, dan segera menetapkan dirinay sebagai penguasa Suriah, dan praktis mengakhir kekuasaan Seleukus.

Namun demikian, kekuasaan Seleukus tidak sama sekali tamat. Setelah kemenangan jenderal Romawi Lucullus atas Mithridates dan Tigranes pada 69 SM, sisa-sisa kerajaan Seleukus dipulihkan di bawah Antiokhus XIII. Bahkan sekarang, perang saudara tidak dapat diceah, karena seorang penguasa Seleukus lainnya, Filipus II, memperebutkan kekuasaan dengan Antiokhus. Setelah penaklukan Romawi atas Pontus, orang-orang Romawi menjadi semakin khawatir atas ketidakstabilan yang berkelanjutan di Suriah di bawah Dinasti Seleukus. Setelah Mithridates dikalahkan oleh Pompeyus pada 63 SM, Pompeyus berusaha menciptakan kembali wilayah Timur yang helenistik, dengan menciptakan kerajaan-kerajaan klien yang baru dan mendirikan provinsi-provinsi. Sementara negara-negara klien seperti Armenia dan Yudeadibiarkan tetap mempertahankan otonomi pada batas tertentu di bawah raja-raja setempat, Pompeyus menganggap Dinasti Seleukus terlalu merepotkan untuk dibiarkan berlanjut. Sambil menyingkirkan kedua pangeran Seleukus yang merupakan lawannya, ia menajdikan Suriahsebuah provinsi Romawi.

Para penguasa Seleukus

Dalam media modern

Kekaisaran Seleukus (The Seleucid Empire ) adalah nama sejumlah faksi dalam permainan komputer 2004 Rome: Total War.

Maccabees (Kaum Makabe), yang mengusir bangsa Seleukus, adalah nama bir dan sejumlah tim olah raga (termasuk bola basket dan sepak bola) di Israel pada 2006.

Selengkapnya...

Bottom of Form